Administrasi Trump sedang mempertimbangkan kesepakatan yang dapat menjual ratusan ribu chip intelijen buatan Amerika kepada G42, sebuah perusahaan AI yang berbasis di Uni Emirat Arab.Menurut tiga sumber yang diinformasikan, negosiasi yang relevan masih berlangsung.
Negosiasi ini bertepatan dengan kunjungan Presiden AS Trump yang akan datang ke negara -negara Teluk Persia minggu ini, menyoroti perubahan signifikan dalam kebijakan teknologi AS.Sementara itu, negosiasi ini juga memicu perpecahan dalam administrasi Trump: di satu sisi, pejabat teknologi dan bisnis yang berharap untuk memfasilitasi kesepakatan sebelum kunjungan presiden, dan di sisi lain, pejabat keamanan nasional yang khawatir tentang teknologi yang dilecehkan oleh UEA.
Orang dalam mengatakan bahwa pemerintahan Trump telah mulai secara proaktif mencapai kesepakatan langsung dengan pejabat Timur Tengah mengenai chip AI untuk memperkuat hubungan AS di wilayah tersebut.Pendekatan ini berbeda dari administrasi Biden, yang sebelumnya menolak penjualan chip serupa karena masalah keamanan nasional.
Dalam negosiasi dengan pejabat G42 dan UEA, David Sacks, kepala AI Gedung Putih, mendorong perjanjian yang akan memungkinkan G42 untuk mendapatkan chip tanpa peraturan.Sumber yang akrab dengan masalah ini mengungkapkan bahwa beberapa chip ini akan mengalir ke proyek kolaboratif antara G42 dan perusahaan Amerika Openai, sementara yang lain akan langsung diberikan kepada G42, tetapi perjanjian tersebut belum diselesaikan.
Selain itu, menurut dua sumber yang akrab dengan situasi tersebut, pemerintahan Trump diharapkan untuk mengumumkan perjanjian lain dengan pejabat Saudi minggu ini.Perjanjian tersebut akan memberikan pemerintah Saudi dan perusahaan AI yang baru didirikan Humain dengan puluhan ribu chip semikonduktor, serta dukungan teknis dari Nvidia dan AMD.
Selama pemerintahan Biden, Amerika Serikat membutuhkan lisensi untuk membeli chip AI karena peran penting mereka dalam pengembangan teknologi militer dan pengawasan.